Hidup itu Hanya Sekali

Hidup Itu Cuma Sekali, Maka…
Oleh: Arry Rahmawan*

Hidup itu cuma sekali, bukan? Bayangkan seandainya kita semua tahu kapan batas usia kita. Kapan Tuhan akan memanggil kita, dan seandainya kita tahu kapan kita mati, bisa jadi apa yang kita lakukan sekarang jauh lebih bermanfaat dari sebelumnya.

Semua manusia pasti akan mati….

Mereka yang sudah mati tidak akan bisa kembali…

Inilah hakikat kehidupan itu, hidup itu cuma sekali…

Maka…

Mengapa kita memilih hidup secara biasa-biasa saja tanpa prestasi?
Mengapa kita menggunakan waktu kita dengan perbuatan sia-sia?
Mengapa kita masih berlaku kasar dengan orang tua kita?
Mengapa kita tidak mencoba mendekatkan aktivitas kita dengan Tuhan?
Mengapa kita tidak bersyukur dan sibuk mengejar harta dunia?
Mengapa kita masih berani untuk korupsi?

Tidak pernah ada ceritanya bahwa harta yang banyak, kekayaan melimpah, tahta, dan kekuasaan yang besar mampu menyelamatkan seseorang menghindari kematian, dan bahkan menyelamatkannya di akhirat kelak.

Maka, jadikan semua aktivitas ini karena ingin mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Semua manusia pasti akan kembali kepadaNya. Apa yang sudah kita persiapkan? Terkadang kita semua masih bisa mengeluarkan ratusan ribu rupiah di mall, tetapi sulit mengeluarkan seribu untuk pengemis. Kadang kita bisa menghabiskan berjam-jam untuk membaca sebuah novel, tetapi kita lupa dan sulit meluangkan waktu sebanyak 15 menit membaca surat cinta melalui kitab suciNya. Ya Allah, ya Tuhanku, ampuni kami..

Jadikanlah kami hambamu yang selalu bersyukur, dan mampu memaknai arti kehidupan kami ini untuk mendekat kepadaMu..

*) Arry Rahmawan adalah founder komunitas MotivasiKita. Seorang trainer muda di bidang Law of Attraction dengan julukan MindMastery Architect. Untuk melakukan kontak dapat follow account Twitternya di @arry165 atau mengirimkan email ke alamat arry.rahmawan@gmail.com.

Kisah Koin Penyok

Sebuah Koin Penyok
Oleh: Arry Rahmawan*

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata
pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

------------------------------------------------------------------------------

Sungguh luar biasa hikmah yang bisa diambil dari cerita di atas. Pertama, kita harus bisa memandang peluang positif dari setiap barang yang ada, bahkan walaupun itu sampah sekalipun. Siapa yang menyangka bahwa sebuah koin penyok pada akhirnya mampu menghasilkan uang sebanyak 250 dolar? Pikiran yang positif, akan memacu energi positif dan menyimpulkannya menjadi kreativitas untuk bisa menjadikannya lebih baik.

Kedua, manusia pada dasarnya tidak memiliki apapun di dunia. Semua ini hanyalah titipan semata dari Allah SWT. Ingat, sekali lagi ini adalah titipan yang bisa diambil kapanpun pemiliknya mau. Yang perlu dilakukan hanyalah selalu bersyukur dan merawat apa yang sudah dititipkan kita dengan baik. Apalagi dalam hal ini kita meminjam atau dititipkan barang-barang dari Tuhan.

Semoga dapat menjadi inspirasi, salam sukses!

*) Arry Rahmawan adalah founder komunitas MotivasiKita. Seorang trainer muda di bidang Law of Attraction dengan julukan MindMastery Architect. Untuk melakukan kontak dapat follow account Twitternya di @arry165 atau mengirimkan email ke alamat arry.rahmawan@gmail.com.

Kisah Anak Anjing Cacat

Kisah Anak Anjing Yang Cacat
Oleh: Arry Rahmawan*

Seorang anak lelaki memasuki Pet Shop bertuliskan "Dijual Anak Anjing".

Ia bertanya :
"Berapa harga seekor anak anjing?"

Pemilik toko menjawab, "Sekitar 30 sampai 50 Dollar."

Anak itu berkata,
"Aku hanya mempunyai 23,5 Dollar. Bisakah aku melihat-lihat anak anjing itu?"

Pemilik toko tersenyum. Ia lalu bersiul. Tak lama kemudian muncullah lima ekor anak anjing sambil berlarian.
Tapi ada seekor yang tampak tertinggal di belakang.

Anak itu bertanya,
"Kenapa anak anjing itu?"

Pemilik toko menjelaskan bahwa anak anjing itu menderita cacat karena kelainan di pinggul saat lahir.
Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing itu."

Pemilik toko menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing cacat itu, Nak. Jika kau ingin memilikinya, aku akan
berikan saja untukmu."

Anak itu kecewa.

Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Aku tak mau diberikan cuma-cuma. Meski cacat, harganya sama
seperti anak anjing lainnya.  Aku akan bayar penuh. Saat ini uangku 23,5 Dollar. Setiap hari aku akan
mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas."

Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, jangan beli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari cepat, tidak bisa melompat
& bermain seperti anak anjing lainnya."

Anak itu terdiam. Lalu ia menarik ujung celana panjangnya. Dan tampaklah kaki yang cacat.

Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari cepat. Akupun tidak bisa
melompat-lompat dan bermain-main seperti anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yg bisa mengerti penderitaannya."

Pemilik toko itu terharu dan berkata,
"Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau."

Nilai kemuliaan hidup bukanlah terletak pada status ataupun kelebihan yang kita miliki, melainkan pada apa yang
kita lakukan berdasarkan pada Hati Nurani.
Yang mengerti dan menerima kekurangan.

"Keindahan fisik bukanlah jaminan keindahan batinnya"

Pesan Moral

Keluhuran budi jauh lebih indah dan bernilai ketimbang kesempurnaan fisik tetapi tidak diimbangi dengan kebaikan Hati. Bisa dibayangkan betapa sesungguhnya kita tidak bisa menilai orang yang terbatas fisiknya juga memiliki kebesaran budi pekerti dan mental dan juga terbatas. Bahkan apabila dilihat justru seorang yang memiliki keterbatasan fisik adalah mereka yang lebih mampu mengelola emosinya dan bersyukur masih dapat diberikan kesempatan hidup.

Kadang ini terbalik dengan orang-orang dengan fisik sempurna. Banyak di antara mereka justru merasa serba kurang, kurang, dan kurang. Cobalah tanyakan pada orang buta, pasti mereka mau membayar berapapun untuk bisa diberikan kembali kesempatan melihat. Maka dari cerita di atas, seharusnya dengan indahnya fisik kita, seharusnya juga bisa memicu indahnya batin dan jiwa kita.

Salam inspirasi!

*) Arry Rahmawan adalah founder komunitas MotivasiKita. Seorang trainer muda di bidang Law of Attraction dengan julukan MindMastery Architect. Untuk melakukan kontak dapat follow account Twitternya di @arry165 atau mengirimkan email ke alamat arry.rahmawan@gmail.com

-- Berikan Kesan dan Pesan Anda --

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...