MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT
Oleh: Arry Rahmawan dan Muhammad Yunus
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Yusuf 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 9 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah istrinya melahirkan anak ke sembilan tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan da menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak yusuf memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak Yusuf tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg
dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak Yusuf sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak Yusuf lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke sembilan buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak yusuf berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak Yusuf memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Bapak, kami ingin sekali merawat Ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian".
Pak yusuf menjawab hal yg sama sekali tidak diduga oleh anak2 mereka."Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi...... Tetapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat,..., Kalian, yg selalu kurindukan dapat hadir didunia ini dengan penuh cinta dan tidak satupun dapat menggantinya dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit." Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Yusuf merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu Yusuf.. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Di saat itulah pak Yusuf bercerita: “Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian dan penghiburan, maka adalah kesia-siaan belaka atas kehidupan yang dijalaninya.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan mata hati dan bathinnya dan dia memberi saya 9 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Seandainya dia sehatpun, belum tentu saya mencari penggantinya apalagi saat dia sakit seperti saat ini. Keberadaan seseorang yang mengasihi dan mencintainya sangat lah diperlukannya…." Karena memang cinta tidak berjalan beriringan bersama dengan kata syarat...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sungguh suatu cerita yang sangat menggetarkan hati dan dapat menjadi pelajaran untuk kita semua apakah kita bisa mencintai seseorang dengan tanpa syarat? Cinta, seperti uraian di atas adalah suatu ungkapan rasa ingin memberikan yang terbaik -- tanpa syarat! Maka kalau kita bicara dalam konteks cinta saat ini, yang sudah mulai bergeser hanya karena mementingkan hawa nafsu, kita tidak dapat lagi melihat arti dari kesucian cinta.
Lihatlah kerabat di sekitar kita. Orang tua kita. Bayangkan bagaimana orang tua memberikan cinta secara penuh tanpa syarat dengan berbagai macam pengorbanan. Seorang ibu yang 9 bulan mengandung dengan sangat susah payah, kemudian mengurus hingga sampai kita semua dewasa dan menghidupi diri sendiri. Demikian pula dengan pengorbanan seorang ayah yang senantiasa rela memberikan harta, keringat, tenaga, kebijaksanaan, untuk kita -- anak-anaknya.
Hiduplah dengan filosofi bagaimana membalas jasa dan kebaikan cinta orang-orang di sekitar kita. Jika ingin berlaku adil, maka sesungguhnya kita hidup dengan banyak sekali hasil pengorbanan orang-orang di sekeliling kita. Orang tua, kerabat, alam, petani, tukang jahit, teman, persahabatan, yang tanpa mereka semua belum tentu kita bisa menjadi seperti saat ini.
Namun, sudahkah kita membalas dengan memberikan yang terbaik dalam hidup kita?
Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang senantiasa mencintai dan memaknai cinta dengan sebenarnya untuk memberikan yang terbaik dengan hati yang tulus, ikhlas, dan hanya mengharapkan balasanMu.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar