Berubah? Siapa Takut?!

BERUBAH, SIAPA TAKUT?
Oleh: Arry Rahmawan D dan Muhammad Yunus


See change as an opportunity, not a threat! Itulah kata Jack Welch, CEO General Electric yang baru pensiun beberapa tahun lalu dan hingga kini dinilai sebagai CEO paling piawai di dunia. Jack membawa General Electric dari perusahaan yang sehat menjadi perusahaan yang luar biasa. Bagi Jack, perubahan adalah bagian dari hidup. Ia menyukai perubahan, dan dikatakannya bahwa perubahan ada dalam ‘darah’ para karyawannya. Sikap Jack menghadapi perubahan dengan menganggapnya sebagai peluang dan bukan sebagai ancaman, telah menjadi salah satu unsur utama keberhasilan GE.

Kebanyakan orang tidak menyukai perubahan. Kebanyakan orang lebih suka kemapanan, keadaan status quo yang stabil. Mengapa? Karena kemapanan membawa rasa aman. Dan rasa aman pasti lebih nyaman daripada tidak aman. Perubahan, sebaliknya, membawa rasa tidak nyaman karena berubah berarti harus menyesuaikan diri dengan situasi baru yang belum tentu sama nyamannya. Lagi pula,
konsekuensi dari perubahan tidak selalu bisa diketahui. Jangan-jangan perubahan justeru mencelakakan. Orang enggan berubah karena perubahan seringkali diliputi ketidakpastian. Dan ketidakpastian menimbulkan ketakutan.

Tapi apakah benar, kita dapat mencegah perubahan? Kenyataannya, perubahan ada di mana-mana. Sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada yang tidak berubah di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Indonesia sejak 1998 diguncang angin perubahan yang bukan main besarnya. Belum lagi kita bangkit benar, muncul terorisme yang mengguncang dunia, termasuk bom Bali. Perubahan di lingkungan kita sendiri pasti juga banyak perubahan: mungkin tetangga yang baik tiba-tiba pindah ke kota lain dan digantikan oleh tetangga yang tidak ramah, pesaing baru yang mengintai gerak gerik kita, nenek kesayangan meninggal dunia, anak kita yang tiba-tiba sudah menginjak usia sekolah (serasa baru kemarin belajar jalan….!). Silahkan menyusun deretan perubahan yang terus menerus terjadi.  Jadi, kalau kenyataan hidup adalah seperti itu, lalu mengapa tidak kita rangkul saja perubahan itu? Kita antisipasi, kita persiapkan diri menghadapinya, kita anggap sebagai peluang untuk tetap bertahan atau bahkan menjadi semakin baik. Hidup itu bak bermain selancar: ombak selalu datang bergulung, dan kita akan bisa tetap bertahan di atas ombak hanya kalau kita mempersiapkan diri menyongsong datangnya ombak pada saat kita sedang menaklukkan ombak yang telah menggulung sebelumnya. Kalau terlambat memperhitungkan datangnya gelombang, maka kita akan terjungkal.

Perubahan dalam lingkungan dunia bisnis, juga datang begitu cepat, dan jauh lebih cepat daripada respons para pebisnisnya. Dan kalau respons perusahaan datang lebih lambat daripada terjadinya perubahan, maka tanda-tanda akhir perusahaan sudah mendekat. Demikian ujar Jack Welch.

Bagaimana sikap orang menghadapi perubahan? Ada tiga tipe orang : Conserver (kaum konservatif yang ingin bertahan),Pragmatis (yang mau berubah asalkan ada untungnya) dan para Originator (mereka yang menginginkan perubahan yang cepat dan radikal). Kaum
Originator adalah ’Agents of Change’, mereka yang menyukai perubahan dan melihat adanya tantangan untuk maju dalam tiap perubahan. Mereka mempelopori pembaruan, penyempurnaan, ide-ide baru. Dunia ini menjadi demikian majunya karena ada kaum Originator, seperti : Galileo, Copernicus, Charles Darwin, Henry Ford, Bill Gates, dll. Di ekstrim yang lain, kaum Conserver  akan mempertahankan status quo mati-matian. Mereka mengkritisi tiap usulan ide baru.

Mereka memberontak, mengintrik, menyebar gosip, bahkan mungkin sampai melakukan sabotase, agar perubahan tidak terjadi. Mereka merusak kebahagiaan hidup mereka sendiri dengan memfokuskan perhatiannya kepada ketidak-nyamanan yang muncul akibat perubahan, sehingga terbutakan oleh kenikmatan yang ada setelah perubahan diterapkan. Dan pada akhirnya mereka akan lelah karena
ternyata perubahan tidak beringsut. Bagi para Conserver, 4 tahapan menghadapi perubahan akan mereka alami: Tahap pertama : Shock, terkejut. ’Ini tidak mungkin terjadi’, katanya dalam hati. Kehidupannya terancam. Mereka merasa tidak aman. Tahap Kedua : Bertahan, Defensif. Mereka marah karena apa yang terjadi atas mereka. Mereka berusaha bertahan pada masa lalu sambil menangisi hidupnya yang berubah. Mereka berontak. Mereka menolak untuk berubah karena resiko yang tidak berani mereka ambil.

Tahap Ketiga :
Pengakuan. Mereka berduka akan perubahan yang terjadi dan masa lalu yang harus mereka tinggalkan, namun menyadari bahwa inilah kenyataan. Mereka mulai menimbang pro dan kontra dari situasi baru. Tiap resiko yang ternyata menguntungkan, akan membangun percaya diri untuk menghadapi perubahan. Tahap Keempat : Penerimaan dan penyesuaian diri. Pada akhirnya mereka menerima perubahan sebagai bagian dari kehidupannya, dengan pengakuan bahwa perubahan itu adalah demi kebaikan jua. Kadang kaum Conserver yang gigih, akan menjadi pejuang perubahan yang gigih pula, pada akhirnya.

Pertanyaannya kini: apakah kita ingin menjadi bagian dari kaum Conserver, yang menderita dan merusak kehidupannya menentang perubahan, dan pada akhirnya toh akan menerima perubahan, atau kita menjadi Agent of Change, berdiri di garda depan perubahan, menjadi pelopor kemajuan lingkungan dan dunia kita dengan keberanian mengambil resiko dengan antusiasme?
Ungkapan seputar  Perubahan:
·     The foolish cling to what they have and fear change; their lives are going nowhere.
      The clever learn to accept uncertainty and ride through changes, capable of starting a new any where.
      The wise realize the value of uncertainty, accepting all changes without changing; for them, having is the same as not having
(Si Bodoh mendekap erat apa yang ia miliki, dan mengkhawatirkan perubahan : hidup mereka tidak akan mencapai apa-apa. Si Pandai
belajar menerima ketidakpastian dan menyesuaikan diri dengan perubahan: siap untuk menjadi baru setiap saat. Si Arif menghargai nilai
ketidakpastian, menerima ketidakpastian tanpa berubah : Baginya, memiliki sama saja dengan tidak memiliki) –Charles Akara
·        Saat Anda menolak untuk berubah, riwayat Anda sudah tamat – Bruce Barton
·        Seperlima dari semua orang selalu menentang segala sesuatu – Robert Kennedy
·        Doa seorang bijak : ‘Tuhan, berikan saya kemampuan untuk mengubah apa yang dapat saya ubah, kepasrahan untuk menerima
         apa yang tidak dapat saya ubah, dan kearifan untuk dapat membedakan antara keduanya’

------------------------------------------------------------------------------------------------

Sungguh suatu hal yang sulit apabila kita sudah berada dalam suatu sistem yang nyaman (comfort zone) untuk melakukan perubahan. Yang harus Anda tahu bahwa bisa jadi comfort zone yang Anda rasakan akan membunuh diri Anda sendiri dengan menunda kesuksesan lebih besar yang bisa Anda dapatkan. Tentunya dengan pemaparan di atas, hal tersebut menjadi sangat jelas.

Di dunia yang saat ini serba berputar dengan cepat, informasi yang sangat deras, pola adaptasi terhadap perubahan merupakan suatu skill yang sangat mendasar untuk bisa survive. Bahkan, Jack Welch juga menyatakan inti dari survive nya perusahaa dalam bisnis, atau SDM adalah bagaimana dapat terus berinovasi agar bisa mencapai kesuksesan tertingginya. Jadi, intinya modal yang terpenting adalah inovasi.

Tinggal bagaimana kita ingin menjadi seseorang. We become what we think about. Kita bisa memilih ingin menjadi seorang quitter, camper, atau climber. Seorang quitter yang keluar dari kehidupan ini. Pasrah dan menyerah atas kegagalan menimpa. Menjadi seorang camper yang tetap diam di tempat yang ada sekarang karena sudah merasa nyaman, atau menjadi seorang climber yang terus menerus mencapai yang terbaik karena yakin bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi.

Ini bukanlah suatu pengajaran dan provokasi untuk tidak mensyukuri nikmat Tuhan, sama sekali TIDAK. Tetapi apakah dengan kehidupan yang sekarang kita jalani sudah menunjukkan bahwa kita mensyukuri nikmat Tuhan? Apakah kita yakin bahwa kondisi kita yang sekarang adalah kondisi di mana kita ditakdirkan mencapai posisi tertinggi? Tuhan memuliakan kita semua dengan menjadikan kita pemimpin di dunia ini untuk terus bisa berkontribusi sebagai perpanjangan tanganNya menyebarkan kebaikan di dunia. Bila kita takut berubah ke arah lebih baik, bukankah justru kita malah tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah menciptakan kita dengan sebaik-baik rupa dan sebaik-baik bentuk?

Have a positive day! Salam Inspirasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

-- Berikan Kesan dan Pesan Anda --

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...