Santapan Inspirasi dan Motivasi

Santapan Inspirasi dan Motivasi
Oleh: Mario Teguh*

Kata-kata bijak Mario Teguh sangat menginspirasi banyak kalangan, Andakah salah satunya? Jika demikian saat ini Anda harus percaya bahwa kata-kata memiliki makna kekuatan yang luar biasa untuk menimbulkan gairah motivasi dalam hidup Anda. Melalui kata-kata, Mario Teguh membuktikan bahwa dirinya mampu membirikan spirit bagi orang-orang di sekitarnya. Ingin tahu buktinya? Berikut ini beberapa kata-kata bijak Mario Teguh yang bisa menginspirasi hidup Anda;

1. Orang yang selalu menghindari kesalahan tidak akan pernah tumbuh
Kata-kata bijak Mario Teguh ini memberikan isyarat tentang pentingnya belajar dari sebuah kesalahan. Kesalahan merupakan cara manusia untuk menjadi lebih dewasa dan baik lagi di masa akan datang. Orang yang tak pernah salah justru orang yang tak akan pernah tumbuh dan berkembang, karena ia tak mendapatkan sebuah hikmah dan pelajaran dari kesalahan yang telah dilakukannya. Nikmati lah kesalahan sebagai bagian dari proses untuk sukses dan tumbuh lebih baik di masa akan datang.

2. Manusia yang paling indah adalah manusia yang paling banyak manfaatnya
Di dalam pembagian jenis manusia, ada dikenal istilah manusia wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Kata-kata bijak Mario Teguh di atas menjelaskan tentang pentingnya pribadi seseorang untuk tumbuh menjadi sosok manusia wajib, yakni manusia yang paling banyak memberi manfaat bagi lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain. Ungkapan ini sangat sesuai dengan konsep ajaran Islam yang juga menegaskan hal tersebut, yakni pentingnya bagi seorang Muslim untuk menjadi manusia wajib.

3. Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu adalah sesuatu yang sangat berharga
Tuhan telah menciptakan kita di muka bumi ini secara gratis dengan segala nikmat dan karunianya pada kita. Waktu pun diberikan secara gratis dan bebas pada manusia. Kita dibiarkan untuk menjalani hidup ini dengan pilihan-pilihan hidup. Waktu diberikan secara cuma-cuma. Namun jarang diantara kita yang menyadari semua itu. Tak semua manusia sadar betapa berharganya waktu, hingga banyak lah dari manusia yang melalai kan nya. Betapa bergarganya waktu, jadilah seseorang yang menghargai waktu yang kita jalani dengan melakukan berbagai kebaikan hidup.

4. Jangan pernah merobohkan sebuah pagar tanpa mengetahui tujuan berdirinya pagar tersebut
Kata-kata bijak Mario Teguh ini mirip sebuah pribahasa. Pesan penting dari kata-kata bijak ini adalah jangan pernah seseorang latah mengabaikan sebuah kebaikan, sementara ia tak tahu akibat buruk apa yang akan ia dapatkan setelah mengabaikan kebaikan tersebut. Kenali lah setiap tujuan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, agar kita betul-betul yakin dalam melakukannya. Jangan hanya ikut-ikutan, tapi landasi lah dengan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang kebaikan tersebut.

Menyalakan Kembali Semangat Membaca

Menyalakan Kembali Semangat Membaca
Oleh: Erny Ratnawati*
Source: http://tinyurl.com/3vnagn3

Membaca adalah gerbang ilmu pengetahuan. Budaya membaca adalah salah satu elemen terpenting dalam peradaban keilmuan. Sejarah mencatat tinta emas masa kegemilangan Islam berabad silam, tak lepas dari budaya membaca pada saat itu. Pada masa tersebut, Kaum muslim begitu bersemangat untuk membaca dan menelaah ilmu pengetahuan. Kumpulan kitab kitab yang berderet di perpustakaan juga begitu digandrungi untuk dipelajari.Kotakotakaum muslimin seakan menjadikotametropolitan dalam ilmu pengetahuan di segala bidang.

Tak mengherankan, dari sanalah kemudian peradaban Islam mulai merangkak menuju puncak kejayaan. Rahim peradaban cemerlang yang melahirkan para ilmuwan muslim terbaik dunia. Tidak hanya bersinar dilingkup kaum muslimin, namun prestasi para ilmuwan itu telah diakui di tingkat dunia, bahkan mendapat predikat terbaik. Seperti yang telah dikatakan oleh George Sarton bahwasanya sesungguhnya kaum Muslim telah mencapai tugas utama kemanusiaan yang sebenarnya.Yakni menjadi obor pengetahuan di segala bidang.Umat muslim telah mencatatkan goresan sejarah sebagai kontributor terbaik di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Lihat saja, Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang Muslim. Matematikawan terbaik, Abul Kamil dan Al-Khawarismi adalah Muslim. Bapak kedokteran dunia yaitu Ibnu Sina adalah seorang ulama Muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik, Al-Masudi adalah seorang Muslim. Dan Al-Tabari, ahli sejarah terbaik juga seorang Muslim. Sungguh prestasi yang membanggakan. Bahkan di masa kejayaan itu, bangsa Eropa banyak berbondong bondong belajar pada kaum muslimin hingga berabad lamanya.

Namun, jika kita menarik garis lurus dengan kondisi sekarang, kita seolah merasa tertampar dengan kenyataan yang ada. Gaung kejayaan Islam berabad silam kian hari kian memudar, seiring menurunnya kualitas dan daya saing kaum muslim di kancah dunia dari waktu ke waktu. Salah satu indikator yang dijadikan acuan untuk mengukur tingkat daya saing tersebut, adalah kemajuan bidang ilmu pengetahuan. Harus kita akui memang saat ini peradaban keilmuan umat Islam jauh tertinggal dari peradaban barat. Kita mungkin tidak ingat kapan terakhir kalinya mendengar nama seorang muslim disebut sebagai pemenang nobel dalam bidang ilmu pengetahuan atau kedokteran, ataupun berapa banyak jumlah publikasi ilmiah dan paten teknologi yang ditelurkan dari tangan seorang muslim. Mungkin ada, namun yang pasti tidak banyak jumlahnya.

Kondisi ini tentu memprihatinkan, apalagi jika kita menilik bahwa Islam sendiri adalah agama yang sangat mendorong pemeluknya untuk belajar ilmu pengetahuan. Al- Qur’an sebagai kitab sakral umat Islam bahkan dikatakan sebagai ensikopledi ilmu pengetahuan yang luar biasa. Ayat ayat kauliyah Allah didalam Al- Qur’an banyak terbuktikan kebenarannya secara ilmiah. Al- Qur’an juga bahkan disebut sebut sebagai sumber inspirasi penemuan penemuan manusia di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, kaum muslim sebenarnya juga memilki harta karun berharga, yakni kitab kitab para ilmuwan besar muslim sebagai rujukan dan sumber ilmiah pengetahuan. Semisal kitab Qanun fi Thib, salah satu dari karya Ibnu Sina yang ditulis dalam bentuk ensiklopedis menyangkut pengobatan dan obat-obatan. Kitab ini dijadikan rujukan di dunia kedokteran selama berabad lamanya, atau karya Aljabar paling monumental berjudul al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah buah pikiran Al- Khawarizmi dan sederet karya luar biasa lainnya.

Namun sayangnya, hal hal tersebut nampaknya kurang begitu tergali dan termanfaatkan oleh kaum muslim. Yang lebih disayangkan lagi justru orang orang non-muslim (baca: barat) lah yang gencar untuk mengambil ilmu dari para ilmuwan tersebut. Walhasil, tak mengherankan jika dunia mungkin lebih banyak mengenal para ilmuwan Eropa dan Amerika sebagai tokoh ilmu pengetahuan yang mumpuni dibandingkan dengan deretan nama tokoh muslim. Kondisi ini terjadi, tidak lain tidak bukan, karena memang kaum muslim belum banyak mengambil peran disana. Kita seakan masih saja menjadi penonton di papan percaturan ilmu pengetahuan dunia. Hal ini membuat kredibilitas dan bargaining position kaum muslim di bidang ilmu pengetahuan kurang cukup diperhitungkan.

Kaum Muslim ‘Lupa’ Membaca

Jika mau untuk kembali merefleksi diri, Salah satu hal yang ditengarai menjadi titik kunci terjadinya degradasi tersebut diatas adalah fenomena Kaum Muslim‘Lupa’Membaca.

Fakta berbicara bahwa budaya baca bangsa-bangsa muslim ternyata berada jauh di bawah bangsa bangsa barat. Hal ini dapat dilihat dari budaya literasi bangsa muslim yang masih timpang. Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara muslim hanya mampu menerjemahkan sekitar 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan karena hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang mampu diterjemahkan oleh sebuah negara kecil seperti Yunani dalam setahunnya. Bahkan Spanyol mampu menerjemahkan rata-rata 100.000 buku setiap tahunnya(Mashudi Antoro,2010). Di Negara muslim lain seperti Indonesia yang berpredikat Negara berpenduduk muslim terbesar, jumlah buku baru yang terbit di negeri ini hanya berkisar 8000 judul/tahun, jumlah yang sangat minim jika dibandingkan dengan Vietnam dengan jumlah 45.000 judul/tahun dan Inggris yang menerbitkan 100.000 judul/tahun. Jumlah judul buku baru yang ditulis, dan diterbitkan, kemudian dibaca oleh sebuah masyarakat menunjukkan kapasitas mayoritas rakyat bangsa tersebut untuk melahirkan gagasan-gagasan baru yang didapat dari aktivitas membaca (Sudarwoto, 2009). Cukup memprihatinkan realita tersebut, apalagi jika mengingat perintah yang Allah pertama kali justru adalah perintah untuk membaca. Hal ini patut menjadi introspeksi bersama.

Jika ditelisik kembali dari urgensinya, membaca adalah aktivitas yang sangat bermanfaat karena membaca adalah pintu pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Tak heran,budaya membaca dikatakan selalu berbanding linier dengan kualitas kecerdasan dan peradaban suatu bangsa. Demikian juga salah satu faktor suatu bangsa dikatakan maju juga tak lepas diukur dari tingginya minat baca masyarakatnya.

Sedangkan ditinjau dari segi kebermanfaatan, dalam buku Mustika Ilmu dan Pengobatan Jiwa karya Mashudi Antoro disebutkan bahwa membaca dapat mendorong seseorang terstimulus untuk berinovasi dan produktif dengan banyak ide segar dan gagasan yang baru, selain juga dapat mematangkan mematangkan kemampuan seseorang dalam mencari atau memproses ilmu pengetahuan. Mengetahui apa saja yang belum ia ketahui secara detail, dan mampu digunakan untuk mempelajari bidang-bidang pengetahuan yang berbeda secara bersamaan. Bagi kaum muslim sendiri, membaca dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk kembali menggali dan menemukan warisan ilmu ulama yang merupakan tambang emas yang begitu berharga.

Akan tetapi sayang sekali, menilik data tentang realita budaya baca kaum muslim yang penulis paparkan di awal, kita memang patut untuk prihatin. Namun, jika berhenti di batas keprihatinan belaka, maka kondisi ini nampaknya akan terus berlarut saja. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa semangat membaca bagi kaum muslimin sudah seharusnya kembali dinyalakan. Semangat itu tentu pada awalnya harus tersematkan terlebih dahulu di masing masing muslim secara pribadi, karena inti perubahan sejati adalah dimulai dari diri sendiri. Dari kesadaran personal tersebut diharapkan akan tumbuh menuju kepada kesadaran kolektif. Ketika telah tercipta kesadaran secara berjamaah,kesadaran ini akan menggerakkan sebuah kebiasaan menjadi jamak dilakukan. Dari kebiasaan masyarakat yang sering dan berulang ulang dilakukan tersebut yang pada akhirnya akan melahirkan sebuah budaya.

Budaya membaca bagi kaum muslim memang sudah selayaknya segera kembali digalakkan. Karena darisanalah produktivitas karya akan banyak dilahirkan. Dari produktivitas itulah, kaum muslim dapat membuktikan di mata dunia, bahwa mereka mampu kembali membawa gemilang nama Islam melalui torehan karya dan prestasi yang luar biasa. Mengulang kembali sejarah, bukan hal yang mustahil kiranya jika umat muslim mau bangkit dari keterpurukan dan keterbelakangan. Dan semuanya itu dapat diawali dari satu langkah sederhana. Nyalakan kembali semangat membaca kaum muslim dunia.

Wawwllahu ‘alam bisshowab

Berfokuslah pada Apa yang Dimiliki

Jangan Berfokus pada Apa yang Hilang, Berfokuslah pada Apa yang Dimiliki
Oleh: Mohamad "BEAR" Yunus

Seorang ibu cantik berpakaian mewah datang ke psikiater untuk berkonsultasi.
Ia merasa seluruh hidupnya kosong tak bermakna.

Psikiater itu memanggil seorang perempuan tua, salah seorang petugas di kantor...
“Saya minta Anni utk menceritakan bagaimana ia menemukan kebahagiaan. Yang harus
Ibu lakukan hanya mendengarkan saja.”

Anni duduk di kursi & bercerita, “Suami saya meninggal karena kanker. Tiga bulan
kemudian putra tunggal saya meninggal ditabrak truk. Saya tak punya siapa pun.
Tak ada yg tertinggal. Saya tak bisa tidur, tak bisa makan, tak bisa senyum.

Saya bahkan berpikir mau bunuh diri. Lalu suatu malam, ketika pulang kerja, seekor
kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk
ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yg langsung habis diminum. Anak kucing itu
mengeong & mengusapkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dlm bulan itu,
saya bisa tersenyum. Saya lalu berpikir, jika membantu anak kucing bisa membuat saya
tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain bisa membuat saya bahagia.

Jadi, hari berikutnya, saya buat kue & bawa ke tetangga yg sakit, yg terbaring di
ranjang & tak bisa bangun. "Setiap hari saya Mencoba Melakukan Sesuatu yg Baik
pada seseorang". Melihat mereka bahagia membuat saya bahagia.

Hari ini, rasanya tak ada org yg bisa makan lahap & tidur pulas seperti saya.
Saya menemukan kebahagiaan, kegembiraan dgn memberikan kegembiraan pada org lain,”
kata Anni.

Mendengar cerita ini, perempuan kaya itu menangis. Ia punya segala sesuatu yg bisa
dibeli dengan uang, tapi dia kehilangan hal-hal yg tak bisa dibeli uang.

Syukur adalah magnet utk anugerah dan karunia. Bersyukurlah atas apa yg telah
dimiliki agar kebahagiaan selalu mengisi kehidupan.
"Jangan cari Kesempurnaan tapi Sempurnakan yg telah ada".
"Jangan fokus pada apa yg Hilang, berfokuslah pada apa yg Masih Dimiliki".....
Have a positive day!

Salam,
Mohamad “Bear” Yunus

Sr. HRD Manager of Pharmaceutical Company


Certified Hypnosis and Hypnotherapy


Sertifikasi Pengurus Dana Pensiun


Certified Professional Human Resources


Certified Coaching and Mentoring


Licensed Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Master Practitioner of Neuro-Linguistic Programming™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler)
Licensed Hypnotic Practitioner™ (from co-creator NLP, Dr. Richard Bandler) As a Hypnotherapist
Certified “Communication Expert”
Certified “Life Coach”
"Kita-lah yang menciptakan realita kita sendiri"

Produktivitas Seorang Muslim

Produktivitas Seorang Muslim
*Dari Berbagai Sumber

Produktif merupakan salah satu sifat inti yang sangat didambakan oleh setiap manusia. Pengakuan eksistensi individu (juga sebuah kelompok) di lingkungan masyarakat akan ditentukan oleh ada tidaknya produktifitas individu tersebut. Oleh karena itu, seseorang yang tidak produktif biasanya akan digelari wujuduhu ka ‘adamihi, keberadaannya tidak berpengaruh dan tidak menimbulkan perubahan yang signifikan dan ketiadaannya pun tidak menimbulkan rasa kehilangan serta penurunan etos produktifitas yang lainnya.

Maka, sangatlah wajar bila dalam rangka memenuhi keingian manusia untuk menjadi sosok yang produktif, dan eksistensinya secara sosial diakui, banyak konsep-konsep yang ditawarkan kepada mereka supaya bisa membangun dirinya menjadi manusia yang produktif. Semua konsep mempunyai misi tertentu, baik dalam pembentukan paradigma seseorang ataupun pembentukan visi dan misi hidupnya.

Islam adalah agama syamil, yang mengurusi semua aspek kehidupan manusia. Islam merupakan agama ‘amali, agama yang mengutamakan nilai-nilai produktivitas secara sempurna dan syumuli, baik produktif dalam arti menghasilkan sebuah karya ataupun produktif dalam arti mengasilkan sebuah peningkatan serta perbaikan diri dan masyarakat. Oleh karena itu, produktifitas di sini didefinisikan sebagai semua hal yang mengandung nilai-nilai kebaikan (khairiyyah). Dan kita dituntut untuk melakukan hal ini.

Allah swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. 22:77)

Sebelum masuk lebih lanjut kepada konsep Islam membina manusia menuju “sosok produktif”, ada satu persepsi yang harus kita samakan mengenai “manusia produktif” ini. Karena kebanyakan kita menggambarkan sosok ini dari satu dimensi saja. Manusia produktif ialah mereka yang memiliki banyak karya, aktif dan enerjik dalam bekerja. Ini tidaklah salah, akan tetapi bila kita melihat lagi dari kacamata Islam, kita akan mendapatkan bahwa semua nilai-nilai khairiyyah (kebaikan) dianggap suatu produktifitas manusia, duniawi dan ukhrawi.

Oleh karena itu, ada tiga jenis produktifitas manusia, produktifitas terhadap Allah (produktif dalam ibadah mahdhah, shalat, shaum, dzikir, dan lain-lain), produktifitas terhadap diri sendiri (produktif dalam memenej diri, membangun dan membina kedewasaan, dan lain-lain) dan produktifitas terhadap sesama manusia (produktif dalam berbuat ishlah atau perbaikan) baik berupa penularan gagasan dan pikiran (karya-karya ilmiah, ceramah dan dakwah) atau berupa tenaga dan jasa.

Islam –dengan ke-syumulannya– menawarkan konsep “manusia produktif” kepada setiap orang sekaligus mengantarkan mereka menembus nilai-nilai ilahiyyah yang sering tertutup oleh tabir kegelapan jahiliyyah. Sekurang-kurangnya ada empat prinsip yang dapat penulis utarakan sebagai konsep Islam dalam membina manusia menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi.

Yang pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah menuju kematian, akan tetapi menuju kehidupan yang abadi. Hidup merupakan ladang yang akan dituai hasilnya di kehidupan abadi nanti. Sehingga hidup ini merupakan durasi penyeleksian manusia dari amalan-amalannya, dari produktifitasnya di pentas dunia. Mana di antara mereka yang tigkat produktifitasnya tinggi dan mana yang tidak.

Yang kedua, memelihara kunci produktifitas, yaitu hati.

Rasulullah saw bersabda:

“Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, itu tidak lain adalah hati.”

Hati merupakan “ruh” bagi semua potensi yang kita miliki. Pikiran dan tenaga tidak akan tercurahkan serta tersalurkan dalam suatu bentuk ‘amaliyah khairiyyah (bernilai produktif) jika kondisi hati ini mati atau rusak. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas. Kalaupun ada, maka itu secara dhahir saja dan tidak menyentuh nilai-nilai ilahiyyah.

Hati yang terpelihara dan terlindungi akan memancarkan energi yang mendorong manusia untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas lagi. Produktivitasnya akan terjaga bahkan akan terus bertambah sedikit demi sedikit.

Yang ketiga, bergerak dari sekarang. Seorang sahabat pernah berkata, “Jika engkau di pagi hari maka janganlah menunggu waktu besok, dan jika engkau di sore hari maka janganlah menunggu nanti sore”.

Prinsip ”bergerak dari sekarang” ini menunjukan suatu etos kerja yang tinggi dan hamasah (semangat) beramal yang menggebu-gebu. Seorang muslim sangatlah tidak pantas jika menunda-nunda suatu amal, karena waktu dalam pandangan Islam sangatlah mahal (oleh karena itu, dalam Al-Quran Allah swt banyak bersumpah dengan waktu). Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengatakan bahwa “waktu adalah kehidupan” .

Yang keempat, kontinuitas dalam beramal. Dalam Islam, masa produktif ialah sepanjang hayat, selama ia masih menghirup kehidupan, maka ia dituntut untuk terus beramal dan menjaga produktivitasnya, walaupun amalan itu dilakukan sedikit demi sedikit. Aisyah pernah menceritakan bahwa suatu waktu Rasulullah saw pernah ditanya mengenai amalan yang paling dicintai oleh Allah, Maka Rasul pun spontan menjawab: ”Yang dilakukan secara terus menerus, walaupun sedikit” (al-Hadits).

`Inilah di antara prinsip-prinsip keislaman yang akan mengantarkan manusia menjadi insan ‘amali, insan produktif sepanjang hayat. Sekarang tinggal tugas kita, apakah prinsip-prinsip tersebut hanya akan dijadikan sebuah konsep belaka, ataukah akan dijadikan “ruh” kehidupan kita, sehingga kita menjadi “Islam yang berjalan” dan petunjuk-petunjuk Ilahiyyah betul-betul terapliaksikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bulan Puasa = Bulan Produktivitas

Bulan Puasa Itu Bulan Produktivitas
Oleh: Mohamad “BEAR” Yunus

Seharusnya pada bulan Ramadhan ini, bulan yang diyakini sebagai bulan yang mulia, bulan yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya oleh setiap kaum muslim, akan selalu meningkatkan kesejahteraan bangsa!!

Bagaimana tidak? Coba simak sabda Rasulullah saw yang pada intinya menyatakan bahwa : ” Pada bulan ini tarikan dan desahan nafas orang-orang beriman yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah. Bulan dimana hari-harinya sangat mulia, waktu malamnya sangat mulia, detik demi detik waktunya adalah waktu yang paling berharga, semua permohonan yang dipanjatkan dengan khusu’ akan diijabah, semua amal baik pasti diterima dan doa-doanya dikabulkan.” Sepanjang bulan Ramadhan ini, Allah melipat-gandakan balasan setiap amalan kebaikan.

Semua orang tahu semua orang muslim meyakini, bahwa setiap langkah kaki menuju tempat kerja akan dibalas dengan kucuran rejeki tak terhingga. Setiap usaha yang memudahkan urusan orang akan diberikan pahala tiada tara. Setiap tetes keringat yang mengucur saat menuntaskan tugas akan diganti dengan kesejukan yang menenteramkan kelak saat di padang mahsyar. Bibir yang kering karena memberikan informasi dan senyum ikhlas juga dihadiahi air pelepas dahaga dalam perjalanan menuju surga. Dan lain sebagainya.

Tetapi lihatlah kenyataan selama lima hari kita berpuasa di tahun ini. ternyata, jam pelayanan para Abdi Masyarakat menjadi lebih pendek. Masjid-masjid penuh dengan orang-orang yang tidur menunggu waktu berbuka dengan meninggalkan tugas pokok kewajibannya dalam melayani masyarakat. Banyak orang mengabaikan bahwa bulan ini adalah bulan mulia, bulan kesempatan untuk bekerja sekuat tenaga, agar mendapatkan pahala yang tak terhingga.

Dengan alasan menjalankan ibadah puasa, seolah sah-sah saja jika kita bermalas-malasan, seolah wajar jika pelayanan ditunda, karena badan lemas, mulut haus dan perut lapar. Kita lupa bahwa pada bulan puasa justru seharusnya semua aktivitas menjadi ditingkatkan berlipat ganda!

Kondisi seperti ini harus segera diakhiri. Alih-alih berteriak menuntut agar orang-orang non muslim menghormati mereka yang berpuasa agar tidak makan minum di area terbuka, kenapa tidak kita yang orang muslim menunjukkan ketegaranya saat berpuasa? Jangan jadikan bulan Ramadhan ini bulan kemalasan nasional, jangan kita gunakan agama sebagai dalih untuk bermalas-malasan, karena ini hanya akan memalukan Islam, merendahkan kita dan merugikan bangsa. (Wisnu Darjono)
Have a positive day!

Salam

Mohamad “BEAR” Yunus

”Raihlah sifat Tawadhu untuk hilangkan rasa sombong”

Memudahkan Urusan Orang Lain

Memudahkan Urusan Orang Lain
Oleh: Dadang Kadarusman*

Ini adalah salah satu kalimat paling popular diantara kita;”Jika bisa di bikin sulit, mengapa dibuat mudah…?” Awalnya kita hanya menganggap itu sebagai sindiran. Lalu berubah menjadi guyonan. Kemudian berevolusi menjadi kebiasaan yang menggoda kita untuk melakukannya juga. Maka tidak heran jika semakin hari, semakin jarang kita temukan orang-orang yang melayani dengan semangat untuk memudahkan urusan orang lain. Cobalah ingat-ingat kembali, mana yang lebih banyak Anda rasakan; pelayanan yang memudahkan urusan Anda atau sebaliknya?

Istri saya memiliki pengalaman menarik. Suatu ketika dia menemani ibunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di tempat yang jauh. Dia sudah membawa ibu kami ke berbagai tempat, sehingga mempunyai referensi pelayanan dari pengalaman sebelumnya. Di tempat terakhir ini, dia mendapatkan pengalaman berbeda. Sebagai orang baru dia tidak mengenal budaya setempat. Bukan itu saja, beberapa kelengkapan administrasi tidak terbawa pula. Apa yang terjadi? Dia diminta untuk duduk di ruang tunggu, sedangkan ‘semua urusan’ ditangani oleh seseorang yang melayaninya di tempat itu. “Kenapa sih tempat kita sendiri aku tidak menemukan pelayanan seperti ini?” begitulah kalimat yang dilontarkannya. Jawabannya sederhana saja; kita tidak terbiasa untuk memudahkan urusan orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar memudahkan urusan orang lain, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:

1. Mulailah dengan tujuan yang tepat dalam bekerja. Apa tujuan Anda bekerja?. Uang? Bagus. Namun berhati-hati dengan efek sampingnya. Misalnya, meminta imbalan yang tidak seharusnya Anda terima. Terimalah hanya uang yang memang sudah menjadi hak Anda. Uang sering menjadi ukuran ‘seberapa bersedianya kita memudahkan urusan orang lain”. Maka bekerja dengan tujuan uang, bisa menjadikan kita orang yang benar atau salah. Bagaimana kalau kita mengganti tujuan bekerja itu dari sekedar uang, menjadi ‘ibadah’? Dengan niat itu Anda sudah pasti mendapatkan uang yang menjadi hak Anda sepenuhnya. Tidak akan dikurangi. Dan dengan niat ibadah itu, kita bisa memposisikan diri untuk melayani. Maka bagi orang yang niatnya bekerja adalah ibadah, sangat mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Karena dalam ibadah, kinerja kita tercermin dari kemudahan yang dirasakan oleh orang-orang yang kita layani. Jika didalam hati kita masih ada bisikan untuk ‘melambat-lambatkan’ yang bisa cepat, mungkin niat bekerja kita belum tepat. Jika dalam bekerja kita ‘mengabaikan kepentingan orang lain’, mungkin niat kita masih salah. Jika kita hanya mau memudahkan urusan orang lain jika dan hanya jika mereka memberi ‘imbalan’ tambahan diluar hak kita; maka boleh jadi; tujuan kita dalam bekerja belum diubah menjadi ‘ibadah’.

2. Bangunlah reputasi yang baik untuk diri sendiri. Mari kita coba perhatikan semua orang atau semua departemen di kantor kita. Ada departemen yang mudah untuk diajak bekerja sama. Ada juga departemen yang semua orang juga tahu betapa sulitnya untuk bekerjasama dengan mereka. Kita juga bisa melihat hal itu di tingkat individu. Ada orang-orang yang kita semua kenal dia sebagai pribadi yang senang sekali menolong orang lain. Ada yang dikenal sebagai orang usil. Ada yang pemarah. Rajin. Malas. Dan ada pula orang-orang yang dikenal sebagai orang yang paling gemar menyusahkan orang lain. Kata ‘dikenal’ yang saya sebut berulang-ulang itu mengindikasikan reputasi. Sebab reputasi merujuk kepada “bagaimana kualitas pribadi seseorang ‘dikenal’ oleh orang lain”. Selalu bersedia memudahkan urusan orang lain adalah salah satu kualitas yang mutlak harus dimiliki oleh siapa pun yang ingin memiliki reputasi yang baik. Mengapa? Karena reputasi kita dinilai oleh orang lain, bukan kita sendiri yang mengklaimnya. Apakah Anda ingin memiliki reputasi pribadi yang baik? Jika ya, maka mulailah dengan membiasakan diri untuk memudahkan urusan orang lain.

3. Tetaplah menegakkan prosedur dan kedisiplinan. Kadang-kadang kita suka menjerumuskan diri kedalam sudut pandang negatif. “Kalau kita memudahkan urusan orang lain berarti kita melanggar prosedur,” kita bilang. Kita berpikir begitu, mungkin karena kita belum bisa keluar dari kebiasaan buruk untuk melanggar prosedur. Padahal, memudahkan urusan orang lain tidak selalu harus melanggar prosedur. Justru untuk memudahkan urusan orang lain, kita harus menegakkan prosedur; baik yang tertulis maupun yang sudah menjadi norma umum. Misalnya, first come, first serve. Yang pertama datang, itulah yang dilayani. Atau mengacu kepada KPI. Misalnya, dokumen di meja kita harus segera keluar paling lambat dalam 1 hari. Semua permintaan disposisi dari departemen lain harus sudah selesai selambat-lambat dalam 3 hari. Justru dengan mengikuti prosedur itu kita bisa memudahkan urusan orang lain, karena prosedur dibuat untuk memudahkan urusan semua orang. Jika ada orang yang menegur Anda karena menegakkan prosedur, Anda tidak akan pernah dipersalahkan.

4. Gunakan judgement profesional dan buatlah pengecualian. Prosedur di perusahaan tidak selalu bisa mengakomodasi situasi khusus. Orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan pihak luar tahu benar tentang hal ini. Sayangnya, seringkali tidak dimengerti oleh orang-orang supporting function. Makanya, orang yang berhubungan dengan pihak luar sering tergencet diantara kewajiban untuk melayani pihak luar dengan kengototan membabi buta orang dalam. Jika Anda yang orang dalam itu, maka saya ingin mengajak untuk belajar menggunakan judgment profesional Anda. Kita bukanlah robot yang bekerja sesuai dengan ‘setelan’ program. Kita adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk menilai dan mengambil keputusan. Perhatikanlah jika teman Anda didepartemen lain meminta pengecualian pada kondisi khusus. Janganlah bersembunyi dibalik kata ‘prosedur’. Justru kengototan kita bisa merusak reputasi perusahaan. “Maaf Bung, prosedurnya 14 hari kerja,” misalnya. Gunakan kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan Anda, maka Anda akan tahu bahwa; menyelesaikannya dengan lebih cepat menjaga reputasi perusahaan dimata pihak luar yang menjadi mitra bisnis atau pelanggan Anda. Lagipula, logika umum mengatakan bahwa dalam hal melayani berlaku hukum;”lebih cepat, lebih baik’. Maka gunakanlah judgment profesional Anda.

5. Balaslah keburukan dengan kebaikan. Ada juga orang yang menyulitkan orang lain karena mereka merasa kesal kepada orang itu. Misalnya, “orangnya jutek, ngapain saya mudahin!” Lho, yang jutek salah satu atau keduanya ya? Ada juga yang bilang;”Dia kebiasaannya mau cepat melulu, biar kita lambatin aja sekalian…” Ada lho orang yang berprinsip demikian. Mereka hanya memikirkan untuk ‘membalas’ orang yang tidak ‘cocok’ dengannya tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi orang-orang lain yang tidak kelihatan. Ketika kita membuat susah satu orang dikantor, mungkin efeknya terbawa ke rumah. Disana mungkin ada istri yang sedang hamil. Atau anaknya yang demam. Balita yang membutuhkan susu. Atau, mungkin ada anak yatim yang menantikan sesuatu. Kita tidak pernah tahu. Maka perlakuan buruk kita kepada orang yang tidak kita sukai itu telah salah sasaran. Dan kita jadi berdosa kepada mereka. “Tapi, saya tidak suka dengan cara orang itu menyuruh-nyuruh saya. Bos saya juga nggak gitu-gitu amat!” Apakah Anda pernah mendengar kalimat itu? Sounds familiar, ya. Hey, ingatlah bahwa kita hidup bukan untuk saling berbalas keburukan. Anda adalah orang baik. Maka janganlah ikut terseret untuk meninggalkan sikap dan perilaku baik. Bahkan jika orang lain melakukan keburukan kepada Anda. Balaslah keburukan mereka dengan kebaikan. Mengapa? Karena Anda adalah orang baik.

Memang tidak mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Khususnya memudahkan mereka yang menurut penilaian kita sering menyulitkan kita. Sulit juga untuk memudahkan urusan orang yang suka meminta kita cepat-cepat. Tetapi, bukankah nilai diri kita meningkat semakin tinggi justru ketika kita bisa membuat mudah urusan mereka? Jika hati Anda masih terganjal oleh kedongkolan atas perilaku mereka yang hendak Anda mudahkan urusannya itu, barangkali nasihat dari guru kehidupan saya bisa menjadi bahan renungan. Beliau mengatakan;”Siapa saja yang selama hidupnya gemar memudahkan urusan orang lain, Maka Allah akan memudahkan segala urusannya di dunia dan diakhirat.” Oh, siapakah gerangan yang bisa memudahkan urusan kita secara sempurna selain Dia Yang Maha Kuasa? Maukah Anda dimudahkan urusannya oleh Tuhan? Jika demikian, belajarlah untuk memudahkan urusan orang lain.

Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - 9 Agustus 2011
Natural Intelligence Learning Facilitator
Website: http://www.dadangkadarusman.com
Buktikan "SEIKHLASNYA"; mulai 17 Agustus 2011

Catatan Kaki:
Keikhlasan seseorang dalam melayani tercermin dari usahanya untuk memudahkan urusan orang-orang yang dilayaninya.

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman

Menjadi Seorang High Achiever

MENJADI SEORANG HIGH ACHIEVER
Oleh: Arry Rahmawan*

Pengalaman 3 tahun sebagai trainer di bidang kekuatan pikiran dan Law of Attraction membuat saya menyimpulkan satu hal: Pikiran Anda menentukan kesuksesan Anda. Banyak orang yang tidak percaya bahwa kekuatan pikiran itu sangat berpengaruh bagi mental seseorang. Tetapi yang lebih menarik, pikiran dapat dikontrol penuh sesuai dengan keinginan dari pemiliknya sendiri.

Pertanyaannya, ketika kita ingin menjadi seorang high achiver, seorang yang ingin bisa mendapatkan banyak hal, kita juga harus mengubah salah satu prinsip dasar kekuatan pikiran: "Menetapkan Batas Tinggi."

Menetapkan batas tinggi adalah salah satu prinsip penting dalam berpikir untuk mengejar prestasi. Misalnya saja kita analogikan pada sebuah pohon. Sebuah pohon apabila ditempatkan di tempat tertutup yang tidak dikenai badai, maka hanya memiliki ranting-ranting kecil yang mudah patah. Sebaliknya, pohon-pohon di hutan yang terbiasa terkena badai memiliki akar yang lebih kuat daripada pohon di tempat tertutup.

Atau terjadi juga pada seekor ikan yang hanya ditempatkan di aquarium. Ikan di aquarium cenderung memiliki gerakan yang santai karena tidak adanya arus, tetapi ikan yang berada di laut dan terbiasa dengan adanya ikan predator dan arus yang deras membuatnya dapat bergerak dengan gesit.

Kejadian ini menunjukkan kepada kita, semakin tinggi hal yang ingin dicapai maka semakin tinggi pula batasan yang harus dilampaui. Sekarang berapa banyak orang yang cenderung membatasi dirinya sendiri dalam pikirannya? Contoh paling sederhana adalah kita memilih hidup dalam standar "rata-rata". Berkilah bahwa berpikirlah yang 'realistis', tanpa sadar bahwa sesungguhnya kitalah yang menetapkan standar realistis kita sendiri.

Jadi, saat ini batasan-batasan tinggi apa sajakah yang sudah kita lalui? Apa capaian-capaian tinggi dan 'berbeda' dari orang lain yang sudah kita peroleh? Apa saja pikiran-pikiran negatif yang menghambat diri kita menjadi seorang high achiever? Sebagai penutup, kita bisa merenungkan bersama makna kalimat ini: Saat Anda memutuskan untuk hidup dalam keterbatasan Anda, maka sama halnya Anda memilih untuk hidup dalam keadaan biasa-biasa saja."

Salam Inspirasi dan Motivasi!!

*) Arry Rahmawan adalah founder komunitas MotivasiKita. Seorang trainer muda di bidang Law of Attraction dan juga dikenal sebagai MindMastery Architect. Untuk melakukan kontak dapat follow account Twitternya di @arry165 atau mengirimkan email ke alamat arry.rahmawan@gmail.com

Logika Mendapatkan Rumah Mewah

BAGAIMANA MENDAPATKAN SEBUAH RUMAH MEWAH
Oleh: Arry Rahmawan*

"Ry, kalau kamu punya sedikit modal dan ingin memiliki rumah mewah, apa yang bisa kamu lakukan saat itu?"

Pertanyaan ini saya dapatkan dari salah satu mentor saya, seorang pengusaha sukses yang saya kagumi. Beberapa teman saya juga ditantang dengan pertanyaan seperti itu.

Mendapatkan sebuah rumah mewah? Bagaimana mungkin? Apalagi dengan modal terbatas?

Kalau yang bertanya bukan mentor saya langsung mungkin saya tidak percaya. Karena hal ini sudah dia buktikan sendiri. Berangkat dari kondisi nol, dia akhirnya bisa memiliki rumah yang bagus, mobil, kantor, bahkan gedung dan ruko miliknya sendiri. Satu per satu kami mulai menjawab pertanyaannya.

"Kerja keras."
"Menabung."
"Investasi."
"Pergi ke Kantor Pemasarannya."

Mentor saya hanya senyum ke kami satu per satu. Mungkin sedikit tertawa kecil melihat kami yang masih muda dan lugu-lugu ini.

"Semua yang kalian sebutkan itu benar. Tetapi kenyataannya tidak ada yang bisa memaksa kalian untuk memiliki rumah tersebut."
Kami berpikir sejenak. Memang benar. Tidak ada yang memaksa kami untuk harus memiliki rumah tersebut, bukan? Kalau seandainya memang saya sudah kerja keras atau investasi saya berhasil, saya tidak harus membeli rumah itu. Tiba-tiba saya nyeletuk,

"Berarti yang kakak maksud pasti bayar DP kan? Uang muka!"
Mentor saya senyum dan membenarkan jawaban saya. Ya, uang muka! Mentor saya pernah bercerita untuk membeli sebuah ruko seharga 800 juta, dia datang ke tempat pemasaran, membayar DP sebesar Rp5 juta, dan sisanya mencicil! There is no way out!

Lantas yang sisa Rp795 juta itu bagaimana?

Mentor saya hanya senyum lagi dan cerita dari pengalamannya dia mendapatkan proyek 1,5 milyar dengan bermodalkan doa dan mempererat tali silaturrahmi dengan kerabatnya. Entah kebetulan atau bukan, dalam doanya dia meminta dikuatkan dan dimudahkan mencari uang sisanya, sambil berkunjung dan bersilaturrahim, gigih dalam membuat proposal dana, sampai akhirnya ruko itu bisa ditebus.

Dari sepenggal diskusi di atas kita dapat mengambil banyak sekali pelajaran. Ada 2 poin yang bisa saya simpulkan, dan pastinya banyak poin-poin lain yang bisa pembaca simpulkan juga.

1. Untuk Mendapatkan Apa yang Kita Inginkan, ada Pengorbanan Awal dan Keberanian untuk Mendapatkannya
Seperti kisah mendapatkan rumah mewah di atas. Memberikan DP berarti ada suatu kebulatan tekad untuk mendapatkannya, memaksa kita mencari jalan keluar, dan kemudian mendapatkannya.

2. Ada 3 Unsur Usaha untuk Mendapatkan Sesuatu: Bekerja Cerdas, Silaturrahmi, dan Berdoa
Gabungan 3 unsur ini, percaya atau tidak dapat menjadi sinergi dahsyat dari upaya kita dalam mewujudkan sesuatu. Energi dan antusiasme saat bekerja, berpikir positif, dengan didukung kerabat dekat dalam jalinan silaturahmi dan juga doa yang positif. Ada satu pesan lagi yang dipesankan mentor saya yang lain, "Bisnis yang paling aman dan menguntungkan adalah saat kita berbisnis dengan Tuhan.". Tentu saja itu teletak pada niat dan bisnis yang dilakukan harus sejalan dengan kebenaran menurut persepsi Tuhan.

Semoga artikel ringan ini dapat menjadi inspirasi di Sabtu pagi ini untuk pembaca. Bagaimana menurut Anda? Pelajaran apalagi yang bisa diambil dari kisah hikmah di atas?

*) Arry Rahmawan adalah founder komunitas MotivasiKita. Seorang trainer muda di bidang Law of Attraction dengan julukan MindMastery Architect. Untuk melakukan kontak dapat follow account Twitternya di @arry165 atau mengirimkan email ke alamat arry.rahmawan@gmail.com.

-- Berikan Kesan dan Pesan Anda --

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...